Teori Mimesis dan Teori Significat Form

Nama : Meuthya Angelica Firdausi

NPM : 202246500846

Kelas : R3K

Mata Kuliah : Filsafat Seni

Dosen Pengampu : Dr.Sn. Angga Kusuma Dawami M. Sn.


3 Karya Desain Menggunakan Teori Mimesis dan Significant Form 

1. Fruits Of Prosperty ( Objek kehidupan di bali)


Richard Winkler

Karya ini menceritakan tentang kehidupan pedesaan di bali, yang dimana orang-orang sedang meladang di sawah, tampak  ibu-ibu yang sedang membawa hasil panennya.

Teori Mimesis:jika di analisis menggunakan teori mimesis versi aritoteles yang menyakini pendapatnya tentang sebuah karya yang menggambarkan kenyataan, melainkan menciptakan sesuatu yang baru. Bergantung pada kreatifan orang yang membuatnya. Karya ini bisa dikatakan sebagai seni karena seniman telah menciptakan kembali kenyataan dengan hasil imajinatifnya sendiri dan merepresentasikan lewat satu karya, yang mana di dalam karya tersebut terdapat seorang ibu yang berotot akibat sering membawa hasil panennya.

Pada karya ini terdapat bentuk Signifikan Form yang menimbulkan emosi estetis berupa empati. Karya ini membuat saya merasakan empati lewat raut wajahnya yang terlihat capek dan kelelahan.


2. 

  


Claude P. Goodmen

Menceritakan tentang remaja yang mengalami krisis identitas karena memilki masalah dengan kemampuannya mengendalikan emosi, bermasalah menempatkan diri dengan teman sebayanya, tidak mendaptkan figur yang tepat untuk mencapai identitas diri yang baik.

Teori mimesis: karya tersebut mempresentasikan seorang remaja yang sedang berdiri didepan kaca. karya ini realistik dan mirip dengan aslinya ( bentuk badan dari remaja) maka karya ini tidak bisa dikatakan seni bagi plato.

Teori Signifikan Form: pada karya ini menimbulkan emosi estetik, yang membuat saya merasakan perasaan marah, bingung, sedih di saat menemukan jati diri pada masa krisis identitas ini.

3. Melancholy 
 
Edvard Munch

Karya ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang sedang duduk di pantai termenung akibat mengalami depresi dalam menjalani kehidupan.

Teori Mimesis:  Karya ini bisa dikatakan sebagai seni karena seniman telah menciptakan kembali kenyataan dengan hasil imajinatifnya sendiri dan merepresentasikan lewat satu karya, yang mana dapat dilihat dari bentuk pemandangan pantai yang tidak sama persis dengan aslinya.

Teori Signifikan Form: seniman tersebut membuat karya berupa realism dari bentuk tubuh seorang laki-laki dan suasana sekitarnya. karya ini memiliki emosi estetis berupa rasa sepi, ketakutan dan kesedihan. Dari pemilihan warna dan dan penekanan suasana, kita dapat merasakan suasana suram pada lukisan tersebut.

Kesimpulannya

Menurut plato, seni adalah imitasi. Seni hanya dapat meniru dan membayangkan hal-hal yang ada dalam kenyataan yang tampak. Seorang seniman, khususnya pelukis merupakan penjiblak dari sebuah jiplakan. Dan hal ini seperti lukisan pendesaan di bali yang sekilas mirip dengan kenyataan hanya pada ibu-ibu dibuat berbeda dari kenyataan dengan adanya otot-otot yang menandakan bahwa ibu-ibu tersebut sangat kuat. Jadi menurut plato, tergambar dalam karya seni memiliki kemiripan dengan apa yang terjadi dalam masyarakat dan juga tersirat adanya hubungan antara karya seni dengan kenyataan.Sedangkan menurut aristoteles mengatakan bahwa hasil mimesis sejatinya bukan imitasi, melainkan representasi ( penghadiran suatu kembali dengan sesuatu lain yang mewakili) dalam konteks bentuk dan tindakan manusia. Maksudnya seorang seniman tidak mengimitasi realita atau alam, melainkan 


Menurut Clive Bell, seni harus dilatarbelakangi Emosi Estetis yang ditimbulkan oleh pelihat/pengamat karya. Dan emosi itulah yang disebut dengan bentuk signifikan atau Significant Form. Tanpa adanya emosi estetis yang melatarbelakangi, suatu karya tersebut tidak bisa dikatakan sebagai seni.


Teori Mimesis berpandangan bahwa karya seni merupakan bentuk tiruan alam atau kehidupan manusia. Menurut Plato, seni adalah Imitasi. Dengan ini Plato mengatakan bahwa alam realita ini merupakan tiruan dari alam ideal. Bagi Plato, seorang seniman, khususnya pelukis merupakan penjiplak kelas dua, pelukis menjiplak dari sebuah jiplakan. Sedangkan menurut Aritoteles, "meniru" tidak sama dengan menjiplak secara mekanis. Aritoteles mengatakan, bahwa hasil mimesis sejatinya bukan imitasi, melainkan representasi (penghandiran sesuatu kembali dengan sesuatu lain yang mewakili) dalam konteks bentuk atau tindakan manusia. Dalam perkataan lain, sesungguhnya seniman tidak mengimitasi realita atau alam, melainkan menghadirkan kembalialam atau realita dengan tekanan tertentu. Kemudian menurut Clive Bell, semua pembahasan tentang seni harus bertolak dari pengalaman estetis, yaitu emosi yang khas (Emosi Estetis). Emosi estetis dibangkitkan di dalam pengamat oleh ciri-ciri khas yang ada di dalam karya seni. Significant form adalah kekhasan yang ada dalam objek (karya seni), yang membangkitkan emosi estetis pada subjek (pengamat). Clive Bell lebih banyak mengutarakan significant form sebagai wujud yang mempunyai susunan tertentu. Untuk karya diatas dapat disimpulkan, dari masing-masing karya terdapat Teori Mimesis menurut Aritoteles dan Significant form di dalamnya. Dari ketiga karya tersebut bisa disimpulkan bahwa, karya tersebut adalah karya bentuk representasi dari kehidupan nyata, namun ditambahkan pula sisi imajinatif dari sang seniman. Kemudian dari ketiga karya tersebut masing-masing terdapat Significant form yang di dalamnya memuat Emosi estetis yang sebagaimana jika kita melihat dari ketiga karya tersebut, kita merasakan suatu emosi yang berbeda-beda dari setiap karya seninya.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOVE BEAUTY AND PLANET

BE YOURSELF

Perbandingan 30 Artikel meliputi objek, teori/pendekatan, analisis, dan kesimpulan